Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan suku bunga acuan ini lambat ditransmisikan oleh perbankan ke bunga simpanan dan kredit.
Dia bilang, hal ini terlihat dari kenaikan bunga kredit yang secara rata-rata sebesar 23 bps per Desember dibandingkan Agustus 2022 dan bunga deposito tiga bulan naik 119 bps di periode yang sama. Padahal saat itu suku bunga acuan BI sudah naik 200 bps.
"Transmisi dari perbankan cukup lambat. Transmisi yang lambat ini diperkirakan berkaitan dengan laju pertumbuhan kredit yang masih belum pulih sepenuhnya sehingga bank cenderung menahan suku bunganya," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (5/2/2023).
Adapun pertumbuhan kredit pada Desember 2022 tumbuh 11,35 persen secara tahunan (year on year/yoy). Realisasi ini lebih tinggi dibanding Desember 2021, 2020, dan 2019 yang masing-masing sebesar 5,24 persen, -2,7 persen, dan 5,9 persen.
Meski lebih tinggi dibanding realisasi tiga tahun terakhir, namun tetap belum mencapai pertumbuhan penyaluran kredit tahun 2018 yang mencapai 11,7 persen yoy.
Masih belum pulihnya pertumbuhan kredit disebabkan oleh masih tersendatnya daya beli masyarakat akibat inflasi yang tinggi.
Pada September 2022, inflasi tembus 5,95 persen karena harga BBM naik. Namun pada Januari 2023 telah turun ke level 5,28 persen.
"Dampak utama dari kenaikan suku bunga BI pada utamanya adalah tertahannya ekspektasi inflasi sehingga inflasi tidak meningkat tajam, yang pada gilirannya membantu membatasi dampaknya kepada konsumsi dan daya beli masyarakat," jelasnya.
1