TRIBUNJATIM.COM - Seorang suami merasa tertipu setelah menikah.
Dulu ia menikahi sang istri karena tampak rajin.
Namun, sikap menjijikkan sang istri baru ketahuan setelah menikah.
Curhatannya pun viral di media sosial.
Seorang pria di Malaysia, sebut saja M, curhat tentang keburukan istrinya.
Ia menyadari ada kelemahan di balik kecantikan istrinya yakni ternyata merupakan pribadi yang sangat malas.
Menurut pemuda itu, istri yang ia kenal sekarang jauh berbeda dibandingkan saat ia masih menjalin cinta.
“Istri saya memang berpenampilan rapi, teratur dan cantik. Tapi dia punya kelemahan," kata seorang pemuda tersebut dikutip dari MSTAR, Jumat (17/3/2023).
"Kelemahannya adalah dia pemalas. Sifat pemalasnya saya kenal betul ketika sudah menikah," sambungnya, melansir dari TribunStyle.
“Saat aku jatuh cinta, aku tidak tahu sifat pemalasnya, karena yang terpampang di depanku, dia cantik, harum, rapi dan bersih," lanjutnya.
“Namun di sisi lain ketika saya mulai melegalkannya dengan akad nikah, persepsi saya berubah,” ungkapnya.
Menurut pria itu, istrinya bukan hanya pemalas, tapi juga jorok sampai menjijikkan.
“Misalnya habis mandi, dia lempar handuk ke lantai saja," ujarnya.
"Saya tidak pernah mau pakai, pulang kerja, saya ambil handuk basah di lantai,"
"Aku geli. Ada handuk kotor di lantai, dan lembab,"
"Tapi aku heran kulitnya tidak kurap," katanya.
Tak hanya itu, sang istri juga memiliki sikap yang suka meninggalkan barang-barang sembarangan.
"Kalau dia minum air, entah itu cangkir atau gelas, dia menaruhnya di mana-mana,"
"Di kaki sofa, meja makan, lemari TV, dia meletakkan cangkirnya di mana-mana, tapi dia bisa taruh di wastafel. Jadi saya kolektornya," tambahnya.
"Bantalan kapas untuk menghapus make up, berserakan di meja rias," terangnya.
"Aneh rasanya aku tidak pernah mau membuangnya di tempat sampah kecil," ujarnya.
“Bajunya, ada sekeranjang pakaian kotor, dia tidak pernah mau menaruhnya di keranjang itu," tambahnya.
"Tapi dia malah meletakkannya di kursi, kepala tempat tidur atau sudut tempat tidur," ujarnya.
“Bajunya sudah usang, dengan semua keringat itu, tolong taruh di tempat yang seharusnya. Saya juga mengambilnya," tambahnya.
"Sialnya, saya pikir saya sudah memakainya sekali dan mencucinya. Dia akan memakainya selama dia bisa," ucapnya yang merasa tercekik dengan keadaan.
"Lelah, wajah cantik tapi malas merawat diri," kata suami tersebut.
Lebih menjijikkan lagi bila pembalut bekas juga dibiarkan begitu saja, tanpa dibuang ke tempat sampah.
"Yang paling tidak bisa saya terima adalah panty liner dan pembalutnya berdarah dan selalu jatuh di kamar mandi. Beberapa di antaranya saya temukan berdarah kering, ya ampun!" bebernya.
"Saya puas dengan pembicaraannya, saya berbicara dengan baik tetapi tidak berhasil. Saya merajuk dan mengatakan kami tidak mencintainya. Saya menahannya sekali atau dua kali, saya sudah muak berkali-kali," katanya.
Suami bersikeras bahwa dia tidak hanya memarahi, tetapi juga menasihati istrinya.
"Saya siap meminta ibu saya untuk menasihati saya tentang perilakunya, saya tidak bisa berpikir . Bukannya saya tidak menerima dia apa adanya, tetapi saya lelah mengulangi hal yang sama," ujarnya.
"Puas, saya pikir itu baik, dia lelah setelah bekerja. Dia tidak punya waktu untuk melakukan semua itu karena dia sibuk. Tapi sebenarnya lebih pada sifatnya, saya laki-laki itu tidak malas," ujarnya.
Menurutnya, dia mencoba untuk mentolerir istrinya tetapi kesabarannya juga ada batasnya.
"Saya siap mengajarinya, menunjukkan kepadanya bagaimana melakukan langkah-langkahnya," ujarnya.
"Sampai pembalutnya berdarah, saya mengajarinya membersihkannya, membungkusnya dengan koran, apa gunanya. Apakah saya tidak harus menyelesaikan hal ini untuknya selamanya?" tanyanya.
"Saya mengundangnya untuk menemui konselor, psikiater. Bagi saya, ini adalah 'epidemi, penyakit'. Saya ingin tinggal bersamanya untuk waktu yang lama. Bagaimana jika dia tidak ingin mengubah dirinya sendiri?" lanjutnya.
"Lelah. muka cantik tapi malas ngurus diri. Aku capek," ujarnya dengan nada kesal.
Sebelumnya di tempat berbeda, seorang istri berbagi bagaimana dia merasa kesepian dan sedih karena merasa usahanya tidak dihargai.
“Saya dulu bekerja sebelum saya menikah dan saya sangat bahagia saat itu," ujar wanita itu seperti dikutip dari World of Buzz.
"Setelah menikah dan memiliki anak, saya memutuskan untuk fokus pada keluarga dan menjadi ibu dan istri yang terbaik untuk keluarga kecil saya," lanjutnya.
"Suami saya mendukung keputusan saya untuk tinggal di rumah dan dari situlah perjalanan ibu rumah tangga saya dimulai,” tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, dia mulai merasa kesepian karena dia tidak memiliki siapapun untuk diajak bicara sepanjang hari.
“Saya melakukan hal yang sama setiap hari, saya membuatkan sarapan untuk suami saya, membersihkan rumah, dan merawat anak kami,” tambahnya.
Dia hampir tidak bisa mengobrol dengan suaminya juga karena pria itu pergi bekerja pada pukul 6:30 pagi.
Setelah menjadi ibu rumah tangga, wanita itu merasa tidak dihormati atau dianggap oleh keluarganya sendiri.
“Orang tua saya tidak terlalu peduli dengan saya, dan saya tahu itu karena saya bisa melihat cara mereka memperlakukan saudara saya," ujarnya.
"Tidak seperti saya, saudara saya mampu memberikan uang kepada orang tua saya dan saya pikir itulah alasan mengapa mereka tidak mempertimbangkan perasaan saya,” katanya.
Dia kemudian mengungkapkan bahwa ketika dia kembali ke rumah mertuanya, dia biasanya yang membantu mereka memasak dan bersih-bersih juga.
Wanita itu kemudian mengakhiri postingannya dengan mengatakan bahwa ketika dia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, dia pikir akan baik jika dia dapat menyambut suaminya pulang kerja bersama dengan anak mereka.
“Tapi kenyataan itu kejam," ujarnya.
"Saya merasa sangat kesepian dan di mata orang tua saya, saya hanyalah seseorang yang membebani suami saya karena saya tidak mampu memenuhi kebutuhan finansial," tambahnya.
"Saya pikir saya perlu mencoba untuk kembali ke dunia kerja," ujarnya.
"Saya perlu menemukan diri saya lagi,” katanya.
1