TRIBUNJATENG.COM, SURABAYA - Detik-detik mahasiswi Ubaya dibunuh pacar sekaligus mantan guru les gitarnya.
Mayat mahasiswi itu dibuang di kawasan Hutan Cangar, Mojokerto.
Sebelum peristiwa sempat terjadi pertengkaran hebat.
Angeline sendiri dibunuh di dalam mobil.
Bermotif ingin mengadaikan mobil korban, Rochmat Bagus Apriatma (41), membunuh mahasiswa Ubaya Angeline Nathania (22).
Jenazah korban kemudian dibuang ke jurang berkedalaman 20 meter di kawasan hutan Cangar, Mojokerto.
Kejadian pembunuhan ini bermula pada tanggal 3 Mei lalu.
Angeline pada awal bulan itu pergi meninggalkan rumah sekira pukul 6.30 dengan naik mobil Xpander milik kakaknya.
Mahasiswi semester VI ini pamit ke Mamanya hendak mengikuti ujian di kampus.
Angeline ternyata di tengah perjalanan mampir ke sebuah cafe milik Rochmat di kawasan Rungkut.
Mereka kemudian pergi sarapan di sebuah rumah makan.
Sesudahnya, Rochmat mengantar Angeline ke kampus.
Keduanya kemudian berpisah.
Saat itu mobil digunakan Rochmat.
Selesai ujian korban dijemput pelaku.
Di mobil pelaku mengatakan ingin meminjam uang korban senilai puluhan juta.
Dana tersebut rencana akan digunakan untuk membayar utang.
Si korban yang masih kuliah, tentu saja tidak mempunyai uang sebanyak itu.
Pelaku terbesit pikiran menggadaikan mobil milik kakak Angeline.
Tentu saja Angeline menolak.
Lagi pula, bukan pertama itu pelaku meminjam uang kepada korban.
Rochmat kemudian mengajak Angeline keliling Kota Surabaya hingga larut malam.
Kemudian, keduanya memutuskan istirahat di sebuah apartemen kawasan Surabaya Timur.
Angeline di tempat tersebut kembali dibujuk soal urusan gadai mobil.
Perlu diketahui, Angeline sudi bermalam bersama Rochmat di sebuah apartemen karena terjebak dalam hubungan asmara.
Namun, kisah cinta mereka disembunyikan.
Satu alasannya, status Rochmat sudah berumah tangga.
Mereka saling mengenal sejak tahun 2013, saat itu Rochmat menjadi guru les gitar Angeline.
Hari berikutnya Rochmat dan Angeline keluar meninggalkan apartemen.
Rochmat mengajak Angeline bertemu orang yang disebut-sebut menerima gadai mobil.
Angeline marah memberontak ingin pulang.
"Pukul 14.30 mobil yang mereka naiki berhenti di sekitar jalan kawasan Kebun Bibit, Mulyorejo. Mereka bertengkar. Kejadian ini diketahui warga sekitar," ungkap Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Pasma Royce.
Angeline saat itu gregetan dengan Rochmat.
Angeline mencela kelakuan Rochmat. Hal ini membuat Rochmat emosi.
Tangan Angeline diikat ke belakang lalu lehernya dicekik.
Tak sampai di situ, leher Angeline dijiret dengan sabuk pinggang hingga tewas.
Praktis, Angeline meninggal di dalam mobil.
"Lalu tersangka pergi ke rumah mertua mengambil koper dan sempat membeli tali rapping. Korban dibungkus dengan plastik wrapping," terang Pasma.
Sekira pukul 20.30 Rochmat memutuskan membuang jenazah Angeline di luar kota Surabaya.
Semula hendak dibuang di Batu.
Namun, karena di sana tidak ada tempat sepi, akhirnya perjalanan dilanjutkan ke arah Cangar, Mojokerto.
Akhirnya pelaku memutuskan membuang jenazah di kawasan hutan Gajah Mungkur.
Setelah kejadian tersebut, Rochmat menggadaikan mobil milik kakak Angeline ke salah seorang teman di Pasuruan dengan nominal Rp 25 juta.
Handphone Angeline dan miliknya dibuang.
Lalu, Rochmat sembunyi dengan cara tinggal di sebuah indekos di Kota Malang.
LBH Siap Bantu Keluarga Angeline
Yohan Norsari Dekan Fakultas Hukum Ubaya diketahui menghadiri acara persemayaman korban di Rumah Duka Adi Jasa, Demak, Surabaya.
Terlihat civitas kampus itu, membicarakan banyak hal ketika bertemu orang tua Angeline.
Satu di antaranya pihak keluarga diajarkan bagaimana menyiapkan bukti-bukti untuk membongkar kejahatan pelaku.
Sempat disebutkan Yohan pihak kampus akan mengerahkan petugas-petugas Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dari Ubaya untuk mendampingi keluarga Angeline dalam memperjuangkan keadilan.
Para dosen pun turut diminta ikut membantu. Termasuk, alumni yang telah berprofesi menjadi lawyer.
"Kami berbela sungkawa atas kejadian ini. Apabila pihak keluarga korban membutuhkan bantuan hukum kami siap membantu semua prosesnya," kata Yohan.
Di acara persemayaman itu, terlihat pula banyak teman korban yang datang.
Stefanie salah seorang mahasiswi Ubaya mengatakan korban semasa hidup dikenal sosok yang humble dan jago bermain alat musik.
Ditambah lagi, juga pintar, untuk urusan akademik Angeline semester 5 lalu mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,277.
"Gak menyangka kisah Angeline seperti ini. Saya berharap ini yang terakhir tidak akan terjadi lagi," ujar Stefani. (TribunJatim.com)